Breaking News

ANBP 2025: Matt Wilkinson Ajak ASEAN Pimpin Revolusi Energi Nuklir

Jakarta — Asia Nuclear Business Platform (ANBP) 2025 resmi digelar pada 9–11 Desember 2025 di Mövenpick Hotel Jakarta City Centre, mempertemukan pemangku kebijakan, regulator, investor, serta raksasa teknologi nuklir dari berbagai negara. Jum'at (12/12/2025).

Diselenggarakan oleh Dewan Energi Nasional (DEN), forum ini menjadi ajang strategis bagi negara-negara ASEAN untuk merumuskan langkah konkret dalam percepatan implementasi energi nuklir yang aman, terjangkau, dan berkelanjutan.

Konferensi tahunan ini menghadirkan pemain utama industri nuklir global seperti Thorcon International, Hunton, Terra Innovatum, SPC Doza, Excel, Caelus, hingga L3Harris. 

Thorcon sendiri tampil sebagai platinum sponsor, menegaskan komitmennya dalam pengembangan teknologi nuklir generasi lanjut di kawasan Asia Tenggara.

Selain sesi pameran teknologi dan jejaring bisnis, forum ini menyuguhkan diskusi tingkat tinggi mengenai dekarbonisasi, keamanan energi, peluang investasi, hingga arah pengembangan reaktor modular kecil (SMR) yang kini menjadi tumpuan masa depan energi bersih.


*Seruan Matt Wilkinson: ASEAN Harus Memimpin*

Dalam pidatonya pada 10 Desember 2025, CEO Thorcon International, Matt Wilkinson, menyampaikan seruan kuat agar Asia Tenggara tidak hanya mengikuti perkembangan global, melainkan mengambil posisi sebagai pemimpin era baru energi nuklir.

Wilkinson membuka sambutannya dengan refleksi tajam: dunia pernah berhasil menurunkan kemiskinan ekstrem secara drastis antara tahun 2000–2020, namun kini tren itu kembali memburuk. 

Sementara itu, emisi CO₂ global justru terus meningkat, dengan 2024 mencatat lonjakan tahunan terbesar sejak pencatatan dimulai.

Menurut Wilkinson, kombinasi kemunduran ekonomi dan tekanan lingkungan menjadi ancaman stabilitas global — dan kuncinya kembali pada ketersediaan energi yang melimpah, andal, serta terjangkau.

“Setelah triliunan dolar diinvestasikan dalam angin dan surya, kontribusi keduanya terhadap energi primer dunia masih sekitar tiga persen dan sifatnya tidak stabil. Variabilitas itu memaksa negara membangun kapasitas cadangan besar-besaran,” tegasnya.

Ia menyampaikan bahwa dunia memerlukan sumber energi dengan kepadatan tinggi, emisi nol, dan kemampuan pasokan yang dapat dikendalikan — dan opsi itu hanya ditawarkan oleh energi nuklir.


*Indonesia Diakui Serius dan Visioner*

Wilkinson secara khusus menyoroti kemajuan Indonesia dalam menata kerangka regulasi nuklir, termasuk penerbitan sejumlah regulasi dalam dua tahun terakhir yang selaras dengan strategi energi nasional.

“Indonesia telah mengambil pendekatan yang serius, pragmatis, dan penuh pertimbangan. Banyak yang menyebut ini sebagai era baru nuklir Indonesia,” ujarnya.

Menurutnya, tantangan utama bukan hanya teknologi, tetapi kerangka regulasi yang selama puluhan tahun di banyak negara kerap menumpuk sehingga memperlambat inovasi.

“Jika teknologi nuklir maju menawarkan keselamatan inheren, maka kerangka regulasi harus mencerminkan kenyataan itu — bukan untuk menurunkan standar, tetapi menyelaraskannya dengan fisika dan rekayasa modern,” katanya.


*ASEAN Menuju Kepemimpinan Energi Global*

Wilkinson memandang ASEAN berada pada posisi unik untuk memimpin standar baru: regulasi yang futuristik, keselamatan tertinggi, dan percepatan inovasi. 

Ia menggambarkan masa depan yang mungkin terjadi jika kawasan ini mengambil langkah berani:

* listrik stabil untuk setiap desa dan industri,
* biaya energi rendah untuk menopang pabrik, pusat data, dan ekonomi digital,
* energi bebas karbon dalam skala besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi regional.

“ASEAN sudah membuktikan kapasitasnya melalui stabilitas tata kelola dan tenaga kerja terampil. Kini kawasan ini dapat memimpin dunia menuju kelimpahan energi,” tegasnya.

Wilkinson menutup pidatonya dengan pernyataan yang menggetarkan: ini adalah momen yang menentukan, saat dunia harus memilih antara stagnasi atau keberanian mengambil langkah yang diperlukan untuk mengubah masa depan.

“Jika kita berhasil, dekade ini akan dikenang sebagai awal era kemakmuran bersama. Jika kita gagal, miliaran orang akan tetap terperangkap dalam kemiskinan,” ujarnya.

Thorcon, kata Wilkinson, berdiri justru untuk menjawab tantangan terbesar itu — terutama bagi Indonesia dan Asia Tenggara. (KBO Babel)
© Copyright 2022 - PORTAL NEWS